KABUPATEN SEMARANG Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (DISPERTANIKAP) Kabupaten Semarang bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DINAKKESWAN) Provinsi Jawa Tengah dan Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang Bogor melaksanakan aplikasi Transfer Embrio (TE) di lapangan. Lokasi aplikasi TE dilaksanakan di Dusun Wates, Dusun Krajan, Dusun Pendingan, Dusun Magersari, Dusun Dalangan Desa Sumogawe Kecamatan Getasan, dan Dusun Banyudono Desa Gedong Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.
Tahun 2021, Jawa Tengah mendapatkan alokasi embrio dari BET Cipelang sejumlah 65 embrio ternak, dengan rincian embrio Simental 4 dosis, Limousin 25 dosis, Peranakan Ongole (PO) 16 dosis, Frieshian Holstein (FH) 2 dosis, Angus 8 dosis, Wagyu 5 dosis, dan Belgian Blue (BB) 5 dosis. Kabupaten Semarang mendapatkan alokasi embrio sejumlah 4 dosis terdiri dari 2 embrio Simental dan 2 dosis embrio FH. Aplikasi TE di Kabupaten Semarang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Juli 2021. Selama 1 hari pelaksanaan aplikasi TE, 4 dosis embrio tersebut berhasil diaplikasikan semua, dari 10 ekor calon resipien yang diseleksi.
Transfer Embrio (TE) merupakan generasi kedua bioteknologi reproduksi setelah Inseminasi Buatan (IB). Suatu teknik memasukkan embrio ke dalam alat reproduksi ternak betina sehat (resipien) dengan alat tertentu dengan tujuan agar ternak bunting. Pelaksanaan TE di lapangan dengan memilih resipien yang tepat dari calon resipien yang sebelumnya disiapkan oleh petugas Dinas Kabupaten dalam hal ini Pengawas Bibit Ternak (WASBITNAK). Resipien harus memenuhi persyaratan antara lain: umur relatif muda/dara atau dewasa telah beranak 1 (satu) kali, memiliki performan tubuh yang baik (nilai Body Condition Score (BCS) 2,5 – 3,0 untuk sapi perah, berat badan minimal 300 kg, bebas dari penyakit hewan menular khususnya penyakit reproduksi, siklus birahi normal 18-21 hari, tidak pernah mengalami gangguan reproduksi/kegagalan partus, memiliki sejarah reproduksi yang baik, tidak menunjukkan adanya gejala infertilitas maupun sterilitas, status reproduksi berahi 7 hari sebelum TE, memiliki Corpus Luteum (CL) yang bagus dan jelas.
Metode Tranfer Embrio yang diaplikasikan adalah secara direct yaitu embrio yang digunakan adalah embrio yang telah dibekukan, thawing dilakukan dengan cara straw diambil dari container, diamkan di udara/suhu ruang selama kurang lebih 10 detik, baru dimasukkan ke dalam air bersuhu 38°C selama 5 detik. Straw diambil dimasukkan ke dalam gun TE dan segera ditransfer ke resipien.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan TE yaitu: kualitas embrio, keterampilan petugas dalam aplikasi TE (memastikan resipien memiliki Corpus Luteum/CL fungsional umur 6-8 hari, anastesi dilakukan dengan benar dengan respon anastesi yang jelas, thawing embrio beku dilakukan dengan benar sesuai SOP, handling uterus dan memasukkan gun TE dengan hati-hati, tidak boleh ada iritasi dinding uterus, memiliki pengetahuan yang cukup dalam bidang TE), Resipien (tidak ada infeksi terutama dalam organ reproduksi, kualitas berahi harus yakin benar, bukan hanya leleran lendir, posisi transfer harus ipsilateral dengan CL, status nutrisi/pakan dalam kondisi cukup minimal 1-2 bulan terakhir, paritas (biasanya dara lebih susah untuk TE dibandingkan induk), perilaku (resipien yang tenang lebih baik dibandingkan yang tidak), masalah gangguan reproduksi.
Setelah dilakukan aplikasi TE, peternak dalam hal ini pemelihara 4 resipen yang berhasil dilakukan aplikasi TE diharapkan dapat terus memantau ternaknya. Setelah 3 bulan sejak aplikasi TE peternak harus menghubungi petugas Pemeriksa Kebuntingan (PKb) untuk memastikan adanya kebuntingan atau tidak. Peternak pemelihara ternak resepien TE harus memenuhi kebutuhan minum dan pakan hijauan maupun konsentrat untuk ternak resepien TE tersebut agar pertumbuhan bisa optimal dan kebuntingan bisa dijaga dengan baik.
Keuntungan dari aplikasi TE yaitu apabila ternak sapi yang di TE sampai bunting dan melahirkan, maka pedet yang dihasilkan murni 100% adalah dari bangsa sapi unggul hasil TE. Transfer Embrio memiliki manfaat ganda karena selain dapat diperoleh keturunan sifat dari kedua tetuanya juga dapat memperpendek interval generasi sehingga perbaikan mutu genetik ternak lebih cepat diperoleh. Selain itu, dengan TE seekor betina unggul yang disuperovulasi kemudian diinseminasi dengan sperma pejantan unggul dapat menghasilkan sekitar 40 ekor anak sapi unggul dan seragam setiap tahun, bila dibandingkan dengan perkawinan alam atau IB hanya mampu melahirkan 1 ekor anak sapi pertahun. Bahkan bisa dibuat kembar identik dalam jumlah banyak dengan menggunakan teknik “cloning”.
Agar keuntungan aplikasi TE bisa diperoleh secara lebih optimal di Kabupaten Semarang, diperlukan beberapa upaya sebagai berikut 1) program aplikasi TE yang berkelanjutan, harapannya setiap tahun mendapatkan alokasi embrio sehingga bisa dilaksanakan di Kabupaten Semarang; 2) diperlukan program kegiatan monitoring dan pengendalian mutasi dan keberadaan ternak hasil TE, sehingga tingkat mutasi ternak hasil TE bisa diminimalisir; 3) Program penjaringan bibit ternak hasil TE untuk dijadikan sebagai bibit ternak, sehingga perlu difikirkan alokasi anggaran untuk penjaringan tersebut; 4) Apabila yang dilahirkan betina, dapat dijadikan indukan yang unggul, artinya bila disuntikkan dengan straw IB yang sesuai maka anaknya murni 100% bangsa sapi unggul; 5) Apabila yang dilahirkan jantan, maka dapat dipelihara dan dibesarkan sebagai pejantan unggul dan dapat dilakukan penjaringan oleh BIB untuk produksi semen beku memenuhi kebutuhan IB. (rusia_wasbitnak)